Ramadhan dan Jihad Kemanusiaan

Tips & Trik100 Views

Ditulis oleh

H. drs.Makmur, M.Ag,

Kepala Kemenag Kota Bandar Lampung

 

BandarLampung, Sumberpintar.com–Banyak sejarah yang menunjukkan bahwa bulan Ramadhan disebut sebagai Syahrul Jihad (bulan perjuangan).

Dalam sejarah umat Islam, perang pertama yang dikenal dengan Perang Badar terjadi pada bulan Ramadhan.

Perang ini mempertemukan pasukan Muslim yang hanya berjumlah sekitar 300 orang melawan pasukan Quraisy yang lebih dari 1000 orang dengan persenjataan yang lebih lengkap dan modern pada masanya. Namun, sejarah mencatat bahwa pasukan Muslim yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad S.A.W., berhasil meraih kemenangan.

Begitu pula dengan peristiwa Fathu Makkah, penaklukan kota Makkah yang saat itu dikuasai oleh kaum Quraisy, juga terjadi pada bulan Ramadhan.

Selain itu, berbagai peristiwa perjuangan lainnya terjadi pada bulan suci ini, seperti Perang Tabuk, Perang Ain Jalut, bahkan dalam Perang Yom Kipur.

Tentara Islam dari Mesir dan Suri’ah mampu mengalahkan pasukan Israel pada bulan Ramadhan.

Sejarah ini menegaskan bahwa,”Bulan Ramadhan, bukanlah bulan untuk bermalas-malasan atau sekadar mengenang kejayaan masa lalu, tetapi justru menjadi momentum kebangkitan dan perjuangan dalam menegakkan nilai-nilai luhur.

Jihad tidak selalu berarti perang dengan senjata, tetapi juga mencakup perjuangan dalam bentuk lain, seperti bekerja dan berkarya demi kesejahteraan masyarakat sesuai dengan profesi, kapasitas, dan kemampuan masing-masing individu.

Dalam Al-Qur’an, Allah Swt. berfirman: “Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Ankabut: 69)

Jihad Kemanusiaan

Ayat di atas jelas menggambarkan bahwa, “Mereka yang berjuang, bekerja, dan berkarya demi kemaslahatan umat akan mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari Allah Swt.

Oleh karena itu, bulan Ramadhan harus menjadi momentum bagi umat Islam untuk berjihad dalam konteks sosial dan kemanusiaan.

  1. Jihad Melawan Kemiskinan

Kemiskinan bukan sekadar masalah ekonomi, tetapi juga ancaman bagi ketahanan sosial dan moral. Ali bin Abi Thalib ra. pernah mengatakan, “Kemiskinan dapat mendekatkan seseorang kepada kekafiran.” Kekafiran di sini bermakna ingkar terhadap nikmat Allah, yang dapat mengakibatkan seseorang kehilangan moralitas, tidak mampu membedakan yang halal dan haram, serta berpotensi melakukan tindakan kriminal demi memenuhi kebutuhannya.

Oleh karena itu, melawan kemiskinan adalah kewajiban bersama. Islam mengajarkan bahwa pengentasan kemiskinan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh elemen masyarakat. Bahkan, dalam QS. Al-Ma’un, Allah menggolongkan orang yang enggan peduli terhadap kaum miskin sebagai pendusta agama.

Dalam bulan Ramadhan, bentuk jihad melawan kemiskinan yang paling dianjurkan adalah melalui zakat, infak, dan sedekah. Jika seluruh umat Islam memiliki kesadaran untuk mengeluarkan zakat dan sedekah dengan sistem pengelolaan yang baik, maka kemiskinan dapat ditekan secara signifikan. Allah Swt. juga menegaskan bahwa berjihad dengan harta adalah salah satu jalan terbaik untuk keluar dari krisis ekonomi dan kemiskinan (QS. At-Taubah: 42).

2. Jihad Melawan Korupsi

Korupsi adalah penyakit sosial yang harus diperangi dengan kesadaran kolektif. Ironisnya, mayoritas pelaku korupsi di negeri ini adalah orang-orang yang mengaku beragama Islam. Korupsi telah merusak sistem keadilan, menghambat pembangunan, dan memperlebar kesenjangan sosial.

Oleh karena itu, jihad melawan korupsi harus dimulai dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan terdekat.

Ramadhan adalah momen terbaik untuk melakukan introspeksi dan memperbaiki diri, menanamkan nilai kejujuran, amanah, dan tanggung jawab. Perang melawan korupsi tidak boleh hanya sekadar slogan, tetapi harus diimplementasikan dalam tindakan nyata.

Selain itu,”Upaya pemberantasan korupsi harus dilakukan secara sistematis dengan memperkuat lembaga hukum, menanamkan nilai integritas sejak dini dalam dunia pendidikan, serta mendorong transparansi dalam berbagai sektor.

Setiap individu memiliki peran dalam jihad ini, baik sebagai pejabat, pengusaha, maupun masyarakat umum, dengan tidak memberi peluang bagi praktik suap dan kecurangan.

Membangun budaya antikorupsi harus dimulai sejak dini dengan pendidikan karakter yang berbasis nilai-nilai Islam. Institusi pendidikan, masjid, dan keluarga harus berperan aktif dalam menanamkan prinsip kejujuran dan tanggung jawab agar generasi mendatang terbebas dari mental korupsi.

        3. Jihad Melawan Dekadensi Moral

Merosotnya moralitas merupakan tantangan besar yang dihadapi oleh umat Islam. Kehancuran moral tidak hanya merusak individu, tetapi juga tatanan masyarakat secara keseluruhan. Pergaulan bebas, ketidakjujuran, serta lunturnya nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari adalah gejala dekadensi moral yang harus segera diatasi.

KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) sering mengingatkan bahwa, “Perubahan harus dimulai dari diri sendiri, dari hal-hal kecil, dan dilakukan segera.

Oleh karena itu, jihad melawan kemerosotan moral harus dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga, sebelum meluas ke masyarakat secara keseluruhan.

Selain menanamkan akhlak yang baik di lingkungan keluarga dan pendidikan, jihad melawan penyakit masyarakat juga harus dilakukan dengan meningkatkan kepedulian sosial terhadap bahaya narkoba, pornografi, hoaks, Judi online, serta budaya konsumtif yang merusak nilai-nilai Islam.

Penyebaran ilmu dan dakwah yang santun harus terus digalakkan, agar masyarakat memiliki pemahaman agama yang benar dan dapat membentengi diri dari pengaruh negatif.

Pemerintah dan masyarakat harus bersinergi dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembentukan akhlak yang mulia. Media sosial, televisi, dan berbagai sarana komunikasi publik harus lebih banyak digunakan untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan dan edukasi moral.

Kesimpulan, Jika kita memandang wajah negeri ini dengan penuh kejujuran, kita akan menyadari bahwa masih banyak masyarakat yang hidup dalam kemiskinan, keterbelakangan, dan kerusakan moral.

“Ramadhan harus menjadi momentum kebangkitan melalui jihad kemanusiaan: melawan kemiskinan, memberantas korupsi, dan memperbaiki moralitas bangsa.

Dengan kesadaran kolektif dan komitmen untuk melakukan perubahan, insyaAllah bangsa ini akan menjadi lebih baik, lebih sejahtera, dan lebih bermartabat dalam bingkai keimanan kepada Allah Swt… Wallahu a’lam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *