Peringati Sumpah Pemuda, SMP Negeri 1 Bandar Lampung Usung Keberagaman Budaya dan Gerakan Anti Perundungan

Pendidikan163 Views

BandarLampung, Sumberpintar.com – Suasana berbeda saat peringatan Hari Sumpah Pemuda di SMP Negeri 1 Bandar Lampung, Selasa (28/10/2025).

Ratusan siswa dan guru tampil semarak mengenakan beragam pakaian adat dari seluruh penjuru Indonesia.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi ceremony, tetapi juga momentum untuk meluncurkan karya siswa dan menegaskan komitmen sekolah melawan perundungan (bullying).

Dalam wawancaranya, Kepala SMP Negeri 1 Bandar Lampung, Yulia Budiarti,S.Pd menjelaskan bahwa,”Penggunaan pakaian adat, bertujuan untuk menumbuhkan kembali rasa cinta terhadap budaya leluhur bangsa.

“Hari ini, 28 Oktober 2025, kita merayakan Hari Sumpah Pemuda.

Anak-anak mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia.

Kami ingin memunculkan rasa kecintaan terhadap budaya, juga melahirkan karakter kebangsaan dan nasionalisme,”ujar Yulia.

Peringatan Sumpah Pemuda kali ini juga menjadi momen istimewa dengan adanya peluncuran perdana (launching) buku Antologi yang berisi kumpulan cerita pendek.

Buku ini merupakan karya dari siswa SMP Negeri 1 Bandar Lampung.

“Di hari ini juga bersamaan dengan launching perdana buku Antologi dari karya siswa SMP Negeri 1 Bandar Lampung.

Momentum bagi kami untuk me-launching buku tersebut, supaya nanti kami juga menanti karya-karya di tahun-tahun berikutnya,” tambah Yulia selaku kepala sekolah.

Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa, “inisiatif ini merupakan salah satu upaya sekolah untuk menjawab tantangan zaman, termasuk degradasi moral akibat “gempuran informasi” di era digital.

Menurutnya, perayaan dengan keberagaman pakaian adat ini adalah cara untuk mengingatkan kembali siswa akan kekayaan budaya bangsa. Ketika ditanya apakah kegiatan ini juga bertujuan untuk menekan angka perundungan, ia membenarkannya.
“Betul sekali,” tegasnya.

“Kami berharap dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut, itu juga melahirkan rasa saling menghargai, saling empati terhadap perbedaan-perbedaan tersebut.”

Pihak sekolah berharap, dengan memupuk rasa saling menghargai dan empati, segala bentuk perundungan baik verbal, cyber, maupun fisik, dapat dihilangkan di lingkungan sekolah.

“Kami akan terus memupuk rasa empati dan cinta terhadap negeri ini, dimulai dari cinta terhadap almamater.

Ketika ada saling menghargai dan empati, mudah-mudahan pembulian itu benar-benar bisa dihilangkan.” tutup Yulia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *