Ditulis oleh
Kris Bobii Mahasiswa Unila asal Papua
BandarLampung,Sumberpintar.com– Perjalanan panjang Kristianus Bobii dalam memimpin Ikatan Mahasiswa Papua Lampung (IKMAPAL) adalah kisah tentang perlawanan terhadap prasangka serta upaya membangun martabat kolektif melalui tindakan nyata.
Selama masa kepemimpinannya, tantangan utama tidak hanya datang dari dalam organisasi, melainkan dari kuatnya stereotip yang dilekatkan pada mahasiswa Papua yang sering dipandang pasif, kesulitan beradaptasi, atau hanya sebagai objek kebijakan.
Di Lampung, stigma tersebut, terasa lebih dalam karena jarak budaya dan minimnya ruang untuk berdialog.
Kris Bobii membaca situasi ini sebagai tanggung jawab moral, bukan sekadar isu citra, melainkan persoalan harga diri dan masa depan generasi muda.
Dengan kesadaran itu, ia memilih turun langsung ke berbagai ruang sosial.Ia mendorong IKMAPAL tidak hanya hadir dalam forum internal, tetapi juga terlibat aktif dalam berbagai gerakan sosial, kegiatan masyarakat, serta kerja sama lintas organisasi.
Kehadiran mahasiswa Papua di tengah masyarakat Lampung menjadi pesan diam namun kuat, bahwa mahasiswa Papua adalah bagian dari solusi, bukan beban sosial. Dalam setiap kegiatan, Kris Bobii memastikan anggota belajar bersikap terbuka, disiplin, dan bertanggung jawab nilai-nilai yang perlahan mematahkan prasangka.
Langkah penting lainnya adalah mengadakan diskusi publik sebagai strategi intelektual untuk melawan stereotip.
Di bawah kepemimpinannya, diskusi tidak hanya menjadi rutinitas akademik, tetapi juga alat pembebasan. Berbagai isu seperti Papua, kebangsaan, pendidikan, hingga isu sosial-budaya dibicarakan secara terbuka, rasional, dan bermartabat.
Ruang diskusi ini memberi kesempatan bagi mahasiswa Papua untuk berbicara dalam nama diri sendiri, bukan diwakili oleh narasi luar. Dari sini, IKMAPAL terlihat sebagai organisasi yang kritis, komunikatif, dan relevan dalam ruang publik Lampung.
Sebagai ketua, Kris Bobii juga berdiri di garis depan dalam mengawal program kerja prioritas.Ia tidak hanya merancang agenda, tetapi juga mengimplementasikannya dengan teladan. Dalam setiap program, ia memastikan ada nilai pembelajaran, manfaat sosial, serta dampak jangka panjang bagi anggotanya.
Konsistensi ini menanamkan kesadaran bahwa organisasi bukan tempat untuk berlindung dari masalah, tetapi merupakan sekolah kepemimpinan yang melatih mental dan karakter.
Perjalanan panjang ini meninggalkan pelajaran penting bagi generasi penerus IKMAPAL, melawan stereotip tidak cukup hanya dengan penolakan verbal, tetapi membutuhkan kehadiran nyata, karya berkelanjutan, dan keberanian mengambil peran.
Kepemimpinan Kris Bobii mengajarkan bahwa, perubahan citra lahir dari proses panjang, kesediaan turun ke masyarakat, membuka ruang dialog, serta setia mengawal amanah hingga akhir.
Warisan terbesarnya bukan pada banyaknya kegiatan yang berhasil dilaksanakan, melainkan pada tumbuhnya kesadaran kolektif: bahwa IKMAPAL adalah rumah pembelajaran, tempat membangun identitas, martabat, dan daya juang.
Dari rumah inilah, generasi selanjutnya, “diharapkan mampu melangkah lebih jauh melampaui dedikasi Kris Bobii dan menjadikan mahasiswa Papua Lampung sebagai subjek perubahan yang dihormati, dipercaya, dan diperhitungkan di mana pun mereka berada.







