Dusun Merbau Pendek Kabupaten Lampung Selatan Masih Tertinggal dan Asal Usul Leluhur

LampungSelatan, Sumberpintar.com–Program Pengabdian Kepada Masyarakat Unggulan pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Lampung Tahun 2025 ini salah satu yang mendapat hibah dana pengabdian adalah Hasyimkan, S.Sn.,MA dari Program Studi Pendidikan Musik FKIP Unila dengan judul:

“Pelatihan Musik Hadrah Bagi Guru TPA dan TKIT Nurul Ikhlas Maarif Dusun Merbau Pendek Lampung Selatan”.

Dusun Merbau Pendek Desa Karang Jaya Kecamatan Merbau Mataram Lampung Selatan masih mengalami ketertinggalan dari berbagai segi peradaban terutama bidang pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, jika dibandingkan dengan daerah sekitarnya seperti Kecamatan Merbau Mataram yang selalu mendapat hibah dari perusahaan Astra Internasional dan lainnya.

Hal ini disebabkan oleh belum ada sentuhan atau perhatian dari berbagai pihak, terutama para Akademisi, LSM maupun Pemerintah.

Pergerakan swadaya masyarakat yang belum terarah, karena belum adanya pendampingan atau perencanaan strategis maka melalui pelatihan musik hadrah ini akan memberikan pengetahuan baik teori dan praktik tentang musik hadrah dan pengetahuan lainnya melalui guru, siswa, orang tua, tokoh agama dan tokoh masyarakat Dusun Merbau Pendek, sehingga mereka mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk modal mengembangkan Dusun Merbau Pendek lebih maju secara mandiri dengan memanfaatkan sumberdaya alam setempat.

Pelatihan diikuti oleh Guru Yayasan TPA dan TKIT Nurul Ikhlas Maarif dengan ketua yayasan Salman Parsi S.Pd I serta melibatkan para generasi muda dari SD, SMP dan SMA serta Mahasiswa Dusun Merbau Pendek yang dilaksanakan tanpa batas waktu dengan mereka membuat group musik hadrah dan lainnya yang diketuai oleh Ahmad Arrafi yang dibimbing dan dilatih oleh Hasyimkan karena Dusun Merbau Pendek adalah asal dari pelatih yang saat ini menetap di Bandar Lampung.

Group yang telah terbentuk akan memainkan beberapa genre musik seperti musik hadrah, musik religi, musik Melayu, musik etnis dan musik modern. Untuk alat musik baik rebana, gamolan dan alat musik lainnya termasuk aransemennya dilakukan secara profesional sehingga dapat mengisi di acara dimanapun, baik di dalam gedung maupun di luar gedung dengan tujuan generasi musa Dusun Merbau Pendek mempunyai keterampilan dan terhindarkan dari perbuatan yang kurang bermanfaat serta dapat mandiri bahkan dapat menggerakkan generasi muda lainnya menuju yang lebih baik.

Latar belakang masyarakat Dusun Merbau Pendek bagian dari Provinsi Lampung maka mereka saat ini adalah: “seseorang yang tergantung pada tanah, air, api dan udara di provinsi Lampung” maka mereka mengaku orang Lampung yang asal mereka dari berbagai Talang atau kampung yang ada di Sumatera Selatan terutama Talang Lama keturunan Puyang Selambu Laya bangsa Nagara Malaya Kerajaan Sriwijaya yang ada di Desa Saungnaga Kecamatan Baturaja Barat Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan.

Masyarakat Dusun Merbau Pendek Desa Karang Jaya terhubung ke masyarakat daerah sekitarnya seperti Desa Suban, Desa Karang Raja, Tanjung Baru, Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan, mereka pendatang secara antropologi dari berbagai sub etnis di Sumatera Selatan antara lain etnis Saungnaga, Mendale, Kedaton, Ranau, Muara Dua, Lematang yang merupakan bagian dari peradaban Mandala Sriwijaya.

Mandala adalah suatu peradaban yang dimulai dari Laya sebagai ayah dan Maya sebagai ibu menjadi Malaya dan menurunkan berpasang-pasangan yang disebut Daya atau putra mahkota atau kekuatan untuk melanjutkan keturunan yang merupakan sebuah bangsa dari berbagai ibu atau ratu ini yang menurunkan berbagai etnis di Indonesia yang disebut Mandala singkatan dari Maya, Daya dan Laya atau ibu, anak dan ayah yang bukti lengkapnya terdapat di Pagar Gunung Lahat Sumatera Selatan.

Tercatat dalam buku Cerita Rakyat Daerah Sumatera Selatan tahun 1983 pada judul Laye/Laya halaman 22-24 disebutkan bahwa Pangeran Tanjung Sirih di asingkan ke Betawi karena melawan Belanda pada perang Jati. Dari penelitian bahwa yang diasingkan ke Betawi bukan hanya Pangeran Tanjung Sirih, namun juga sebuah Mandala yaitu seperangkat Kerajaan Sriwijaya yaitu keturunan Puyang Laya dan Maya (Malaya) yaitu puyang Selambu Laya adalah yang mendapat gelar Laya terakhir yang hingga kini tersebar di Martapura, Muara Dua Sumatera Selatan, Talang Padang Tanggamus, Cahaya Negeri, Tanjung Raja, Sri Menanti, Talang Lama Saungnaga, Kali Balangan Lampung Utara, Merbau Pendek Karang Jaya, Karang Raja, Tanjung Baru, Tanjung Bintang Lampung Selatan dilanjutkan ke Tanjung Priok, Kampung Melayu Jati Negara di Betawi Jakarta.

Bukti bahwa keturunan puyang Selambu Laya adalah unggang atau kakek penulis yaitu Cekman bin Selambu Laya diberi julukan orang Melayu karena ternyata setelah pulang dari Betawi beliau selalu berbahasa Melayu yang identik bahasa Indonesia saat ini tidak lagi berbahasa Saungnaga dan adiknya yaitu unggang Semimi dengan julukan Engkong adalah kakek bagi masyarakat Betawi. Selain itu juga banyak peninggalan dari trah puyang Madewi (bagian Mandala Sriwijaya dari trah Maya atau ibu) di Merbau Pendek antara lain mejabatu giog 8 sisi dan juga canang berelief naga dan lainnya.

 Maka jika mau meneliti Mandala Nagara Malaya Kerajaan Sriwijaya ini bisa lewat keturunan Puyang Selambu Laya yang hijrah ke Betawi yang saat ini umumnya menetap di Lampung, di Saungnaga Baturaja masih berdiri humah bahi atau Istana Selambu Layanaga.

Dari kisah tersebut dapat mengangkat kembali Mandala Sriwijaya dimulai dari peradaban Gua Harimau hingga peradaban Nagara Malaya yang sudah 8000 tahun di Pagar Gunung Lahat dan Baturaja hingga Kerajaan Sriwijaya yang tercatat dalam prasasti Kedukan Bukit 682 masehi, prasasti Talang Tua 684 masehi, prasasti Baturaja, prasasti Telaga Batu, prasasti Kota Kapur, prasasti Palas Pasemah, dan prasasti Bungkuk yang kesemuanya bagian dari peradaban Malaya.

Leluhur masyarakat Dusun Merbau Pendek yang dulunya besar dan berjaya semoga bisa bangkit di masa depan dengan melalui pelatihan musik hadrah ini sebagai pintu masuk tidak hanya membangkitkan kebesaran sejarah leluhur yang besar namun juga menambah keterampilan peserta pelatihan baik teori dan praktek dan dapat juga memajukan peradaban dan kesejahteraan diri dan bangsanya di masa depan. Bravo, “Tutup Hasyimkan.

Sbr.Dr.Chan Hasyimkan, S.SN.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *